Rabu, 07 Desember 2011

Teori Clark Hull


1.1        Biografi Clark Hull dalam konsep belajar Behaviorisme
[1]Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan di Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah kesehatan di mata, mempunyai orang tua yang miskin, dan pernah menderita polio. Pendidikan yang ditempuhnya beberapa kali terputus karena sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus, dia memenuhi syarat sebagai guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di sekolah yang kecil. Setelah memlperoleh bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke psikologi, dan menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin, dimana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Penelitian doktornya pada "Aspek kuantitatif dari Evolution of Concepts" telah diterbitkan dalam Psychological Monographs. Selama waktu itu, Hull mempelajari efek dari merokok tembakau pada kinerja, yang kemudian dibahasnya pada beberapa literatur yang disertai dengan pengujian, selanjutnya mulai penelitian tentang saran dan hipnose. Pada 1929, Clark Hull melanjutkan penelitiannya di Yale University dan mulai yang serius terhadap perkembangan teori perilakunya. Sampai akhir karirnya, Hull dan mahasiswa didominasi behavioristic psikologi. Clark Hull meninggal pada 10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut. Clark Hull dalam penelitiannya mengembangkan sistem yang rumit dan sangat bergantung pada matematika elaborasi. Pada dasarnya, teori belajar Hull berpusat pada perlunya memperkuat suatu pengetahuan yang sudah ada. Perilaku individu yang dilihat dalam konteks homeostatic model selalu mencari keseimbangan dari "drive memaksa." Inti tingkat analisis psikologis adalah gagasan mengenai "variabel intervensi," yang dijelaskan sebagai "unobservable perilaku." Dengan demikian, dari perspektif yang murni perilaku Clark Hull dikembangkan John B. Watson 's yaitu rangsangan-respon (S-R) ke stimulus-organisme-respons (S-O -R), atau variabel campuran. Dari teori Clark Hull yang sistematis, dihasilkan banyak sekali penelitian. Hull sangat berkeras dan taat pada metode ilmiah, yaitu dengan rancangan percobaan yang dikontrol dan analisis data yang diperoleh. Perumusan deduktif dari teori belajar melibatkan serangkaian postulat yang akhirnya harus diuji oleh eksperimen. Salah satu aspek dari pekerjaan Hull adalah pada tes bakat yang akan membuktikan instrumental dalam perkembangan behaviorismenya. Untuk memfasilitasi penghitungan dari correlations antara berbagai tes, ia membangun sebuah mesin untuk melakukan perhitungan, menyelesaikan proyek pada tahun 1925 dengan dukungan dari National Research Council. Selain dari mesin praktis manfaat, keberhasilan proyek Hull yang bersifat fisik dengan perangkat yang tepat, susunan komponen yang mampu melakukan operasi karakteristik dari proses mental tingkat tinggi. Hull dianggap Thomas Hobbes dan David Hume sebagai falsafah leluhur dari behaviorisme dan melihat di Pavlov's reflexes kondisi fisik dari analogues Hume's sederhana “jejak” dan dari hokum asosiasi.  Desain mesin Clark Hull yang dapat memperlihatkan perilaku cerdas adalah sama dengan formulasi dari teori perilaku. Clark Hull juga dikenal untuk perdebatan dengan Edward C. Tolman pada prinsip-prinsip behaviorisme. Tolman percaya bahwa pembelajaran dapat terjadi karena ketiadaan tujuan. (identifikasi ini sebagai "latent learning"), sedangkan Hull Clark menegaskan bahwa tujuan harus dibayangkan sebagai suatu "pahala" atau "penguatan" dan belajar perlu untuk terjadi. Clark Hull sering dikreditkan dimulai dengan memiliki ilmu yang modern hypnosis. Karyanya Hypnosis dan Suggestibility (1933) adalah ilmu yang ketat fenomena, menggunakan statistik dan analisis eksperimental. Dari hasil studi Hull menunjukkan secara tegas bahwa semua bentuk hipnosis tidak memiliki hubungan dengan tidur:
" hipnose tidak tidur ia tidak memiliki hubungan khusus dengan tidur, dan seluruh konsep tidur  ketika di terapkan ke keadaan hypnosis tidak berlaku (obscures)”. Hasil studi Utama Hull adalah untuk mengekang tuntutan yang luar biasa dari hypnotists, terutama mengenai perbaikan luar biasa dalam pengetahuan atau indera di bawah hipnose. Dari percobaan Hull yang menampilkan kenyataan dari beberapa fenomena klasik seperti hipnotis anestesi dan pasca-hipnotis amnesia. Hypnosis juga dapat menyebabkan peningkatan moderat tertentu kapasitas fisik dan mengubah ambang dari stimulasi indrawi, terutama efek dramatis. Eksperimental dalam psikologi, ia menciptakan "andai-deduktif" metode sistematis, setelah pengamatan dan elaborasi dari hypotheses. Metode ini membawa definisi conceptualized axioms yang membantu dia mengembangkan teorinya. Dia percaya bahwa perilaku merupakan kumpulan interaksi antara seorang individu dan lingkungannya. [2]Dia menganalisis perilaku dari perspektif biologi adaptasi, atau optimasi kondisi hidup melalui pengurangan kebutuhan. Sebagai behaviorist, Hull menyatakan bahwa psikologis dilihat pada pembentukan kebiasaan, yang merupakan akumulasi pengalaman lingkungan untuk beradaptasi secara efektif. Pendekatan padangannya benar-benar sistematis. Dalam strategi ini, pendekatan mengikuti geometri Euclidian, sebuah perilaku atau formulasi prinsip yang pertama kali di postulatkan dan kemudian diuji secara ketat. Hull berhasil mengujinya dan sangat didukung kepercayaan prinsip yang mengakibatkan kegagalan revisi dari prinsip. Dari teori Hull yang positif dan mengikuti kerangka logis, maka secara empiris dapat diverifikasi melalui demonstrasi. Mirip dengan BF Skinner, Clark Hull menekankan pentingnya penguatan, karena belajar adalah untuk mengambil tempat. Penguatan berhasil karena mengakibatkan pengurangan penurunan. Dengan demikian, konsep drive dan pengurangan menjadi aspek yang penting dari teori Hull. Dia dianggap sebagai organisme pada lingkungan yaitu prediksi, atau tanggapan sementara yang telah diketahui organism out put. Sistem ilmiah Clark Hull sangat baik dilihat sebagai kegagalan, yang telah membawa kepada kognitif revolusi di tahun 1960, dan sebagai pelopor ke alam kognitif psikologi dari pengolahan informasi dan pendekatan intelijensi buatan. Kerja Hull juga telah dianggap baik sebagai usaha yang mulia untuk menetapkan standar yang tinggi untuk psikologi sebagai ilmu pengetahuan alam, dan sebagai obyek pelajaran dari kegagalan dalam model ilmu alam untuk psikologi dan merusak efek dari retorika ilmiah. Pada dekade sebelum dan setelah Perang Dunia II, Clark Hull dilambangkan psikolog 'berharap bahwa psikologi dapat menjadi tujuan ilmu alam. Hull membentuk reputasi sebagai eclectic eksperimental psikolog, kemudian naik ke keulungan sebagai teoretikus belajar. Hull yang paling penting adalah karya-Mathematico Rote deduktif Theory of Learning (1940), dan Prinsip perilaku (1943), yang mendirikan analisis pembelajaran.

1.2           Pemikiran Clark Hull dalam teori belajar Behaviorisme
[3]Hull telah mengembangkan sebuah teori dalam versi behaviorisme. Ia mengatakan bahwa stimulus (S) memengaruhi organisme (O) dan menghasilkan respon (R) itu tergantung pada karakteristik O dan S. Dengan kata lain, Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari variabel intervening yang memengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif, penghalang, dan kebiasaan. Teori Hull ini disebut dengan  teori mengurangi dorongan (drive reduction theory). Seperti teori-teori behavior yang lain, dalam terori ini, reinforcement merupakan factor utama yang menentukan belajar. Bedanya, dalam Drive Reduction Theory ini, pemenuhan dorongan atau kebutuhan lebih dikurangi dan mempunyai perang yang sangat penting dalam perilaku daripada dalam teori-teori belajar behaviorisme yang lain.
Secara teoritis, kerangka teori Hull berisi postulat-postulat yang dinyatakan dalam bentuk matematik: 1) organism memiliki sebuah hierarki kebutuhan yang muncul karena adanya stimulation atau dorongan; 2) kebiasaan yang kuat meningkatkan aktivitas yang diasosiakan dengan reinforcement primer maupun sekunder; 3) stimulus diasosiasikan dengan penghentian sebuah respons menjadi penghalang yang dikondisikan; 4) lebih efektif reaksi potensi melampaui reaksi minimal lebih pendek terjadinya penundaan respons (Latency respons). Berdasarkan postulat, Hull menyatakan berbagai macam tipe variabel seperti generalisasi, motivasi, dan variabelitas dalam balajar.
Salah satu konsep yang paling penting dalam teori Hull adalah hierarki kebiasaan yang kuat bagi sebuah stimulus yang diberikan, sebuah organisme akan dapat merespon dengan sejumlah cara. Seperti sebuah respons yang spesifik mempunyai sebuah kmungkinann yang dapat diubah oleh hadiah dan dipengaruhi oleh berbagai macam variabel lain (seperti halangan). Dalam beberapa bacaan teori tentang Hull ini, hierarki kebiasaan yang kuat menyerupai komponen-komponen teori kognitif.
Clark hull (1943) mengemukakan pula konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull (1943, 1952), kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus hampir dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini meskipun respons mungkin bermacam-macam bentuknya.

1.3           Prinsip, Kelebihan dan Kelemahan teori Behaviorisme
1.3.1     Prinsip-prinsip Drive Reduction Theory antara lain yaitu:
1.      [4]Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar).
2.      Stimulus dan respons harus dapat diketahui oleh organism agar pembiasaan dapat terjadi (siswa harus mempunyai perhatian).
3.      Respons harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif)
4.      Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memenuhi kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan siswa).

1.3.2     Kelemahan dan kelebihan dari teori Behaviorisme
1.      [5]Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam system saraf manusia yang tidak terlihat kecuali karena gejalanya.
2.      Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self regulation dan self control yang bersifat kognitif. Sehingga, dengan kemampuan ini manusia bisa menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
3.      Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
`                        [6]Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alas an-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tida dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi
1.3.3     Aplikasi Teori Clark Hull dalam teori Behaviorisme
[7]Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
              Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan pada evaluasi kemampuan pembelajaran.



[3] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-ruzz Media,2010 hal 83
[4]Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-ruzz Media,2010 hal 84
[5] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-ruzz Media,2010 hal 85
[6] lhttp://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-belajar/aplikasi-teori-behavioristik-dalam-prose-13maret2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar